Pengertian
Konsep
Konsep adalah kontruksi atau bangun simbolis
yang mempresentasikan beberepa ciri umum, yang biasanya ada pada ciri obyek
atau kejadian. Contohnya: konsep bangun segitiga.(Anderson, 1991) Menurut Turner (1974) konsep adalah
unsur-unsur abstrak yang menunjukkan fenomena dalam suatu bidang studi tertentu.
Schwab (1969: 12-14) menyatakan bahwa konsep merupakan abstraksi, yaitu suatu
konstruksi logis yang terbentuk dari kesan, tanggapan, dan
pengalaman-pengalaman kompleks. Hal ini sejalan dengan pendapat Banks
(1977:85) bahwa “a concept is an abstract word or phrase that is useful for
classifying or categorizing a group of things, ideas, or events”, yang
berarti bahwa konsep itu merupakan suatu kata atau frase abstrak yang
bermanfaat untuk mengklasifikasikan atau menggolongkan sejumlah hal, gagasan,
atau peristiwa. Dengan demikian, pengertian konsep menunjuk pada suatu
abstraksi, penggambaran dari sesuatu yang konkret maupun abstrak (tampak maupun
tidak tampak) dapat berbentuk pengertian atau definisi ataupun gambaran mental,
atribut esensial dari suatu kategori yang memiliki ciri-ciri esensial relatif
sama.
Bagaimana konsep
itu bisa terbentuk menurut Kemp (1985)
konsep dibentuk dengan menghubungkan berbagai fakta, benda, atau peristiwa yang
memiliki kesamaan ciri yang kemudian diberi nama sendiri. Sebagai contoh, nama
“buah” ialah konsep yang konkrit karena nama ini ditarik dari hasil observasi terhadap
benda (buah-buahan) tertentu seperti jeruk, nanas, rambutan yang mempunyai
ciri-ciri yang sama yaitu bundar, harum, segar rasanya, dan keluar dari pohon.
Selanjutnya Kaplan (1964) membedakan tiga kelompok fenomena yang
dapat dipelajari antara lain: Pertama ialah fenomena yang mudah di
observasi secara langsung (direct observation) seperti warna buah jeruk.
Kedua ialah fenomena yang lebih kompleks dan hanya dapat diobservasi
secara tidak langsung (indirect observation) seperti “tanda cek” yang
terletak disebelah kiri pernyataan “wanita”, dalam lembar jawaban kuisioner,
yang menyatakan “jenis kelamin”. Ketiga adalah konstruk yaitu suatu
bentuk teoritis yang didasarkan atas hasil observasi yang diperoleh baik secara
langsung maupun tidak langsung. Contohnya, Intelligensi Quotion (IQ)
dibentuk secara matematis atas dasar hasil observasi jawaban-jawabann yang
diberikan terhadap sejumlah pertanyaan yang terdapat dalam tes-IQ.
Bruner (1966)
menyatakan setiap konsep memiliki tiga unsur yaitu: (1) examples, (2) attributes
dan (3) attributes value. Adapun Joyce dan Weil (2000: 125)
menyatakan bahwa setiap konsep memiliki 6 aspek, yang meliputi:
- Nama yaitu istilah atau etiket yang diberikan kepada satu kategori fakta yang mempunyai ciri-ciri yang sama.
- Essential attributes atau criteria attributes, yaitu ciri-ciri yang menempatkan contoh-contoh konsep yang berlainan dalam kategori yang sama.
- Non essential attributes, adalah ciri-ciri yang tidak ikut menentukan apakah contoh termasuk ke dalam suatu kategori.
- Positive examples
- Negative attributes, ini tidak mewakili konsep
- Rule, adalah pernyataan yang mencakup semua criteria attributes.
Jika disimpulkan
konsep adalah kategorisasi dari suatu
objek, peristiwa, orang yang memiliki karakteristik umum. Dengan menggunakan
konsep kita mampu mengorganisir suatu fenomena yang kompleks menjadi kategori
kognitif yang lebih sederhana. Konsep memungkinkan kita mengklasifikasi objek
baru berdasarkan pengalaman masa lalu. Selanjutnya, konsep juga dapat mempengaruhi
suatu perilaku.
Mental Imagery
Menurut Korn
& Johnson (1983: 203) mental imagery adalah aktivitas menggambarkan suatu
hasil tertentu sebelum hasil tersebut dicapai. Dengan visualisasi seseorang
seolah-olah membuat rancangan gambar secara abstrak tentang hasil yang ingin
dicapai. Richardson (1969) & Thomas (2003) menjelaskan bahwa mental imagery
adalah sebuah proses atau peristiwa ketika individu merasakan dengan nyata
terhadap suatu objek, kejadian, atau bahkan suasana tertentu, padahal objek, kejadian,
dan suasana tersebut sebenarnya tidak ada secara inderawi pada saat terjadinya
proses penggambaran mental berlangsung. Kemudian Shepard (1978: 125-137)
mengemukakan mental imagery merupakan kemampuan manusia untuk menggambarkan
kesan dalam pikiran sesudah stimuli original pada pandangan keluar. Sedangkan
menurut Thomas (2010) mental imagery, secara literal sering dirujukkan sama
seperti visualisasi, melihat dengan mata bayangan, mendengar sesuatu di dalam
kepala, mengimajinasikan perasaan, dan sebagainya.
Komponen-komponen
Mental Imagery Terdapat
tiga komponen terhadap mental imagery menurut Finke (1989:47) komponen-komponen
tersebut ialah:
1.Stimulus,
merupakan segala sesuatu yang berada di luar individu, seperti kejadian,
peristiwa, atau sebuah objek biasa.
2.Panca indera,
organ-organ tubuh yang dikhususkan untuk menerima jenis rangsangan tertentu via
serabut saraf menuju otak sehingga perasaan atau sensasi yang diterima dapat
ditafsirkan.
3.Memory sebagai
sebuah proses pengkodean (encoding), penyimpanan (storage), dan pemanggilan
kembali informasi (retrieval) atau masa lalu oleh mental manusia.
Encoding adalah
pemberian inisial dan registrasi terhadap informasi.
Storage adalah
penyimpanan informasi yang telah dikodekan tadi, sedangkan
Retrieve adalah
proses dalam penggunaan informasi yang telah tersimpan (stored information).
Proses Terjadinya
Mental Imagery
Untuk memahami
pengalaman yang terjadi dalam keseharian, individu membentuk representasi
mental terkait dengan pengalamannya. Proses terjadinya representasi mental atau
mental imagery merupakan sebuah kegiatan yang melibatkan stimuli, panca indera
dan memori.
Mata dan telinga
yang menerima
informasi dari
stimuli dikirimkan ke korteks visual dan korteks auditorik secara berturut-turut
(Solso dkk, 2008: 182). Kemudian di kirimkan lagi untuk di proses secara
mendalam terhadap informasi yang diterima ke area frontal di otak untuk menemukan
apakah suatu kata mendeskripsikan benda hidup atau benda mati. Selanjutnya
seiring pemrosesan informasi berlangsung, informasi-informasi sudah berhasil
dipahami maknanya kemudian akan masuk atau tersimpan didalam short term memory (STM)
sebagai tempat penyimpanan transitorik atau sementara (Solso, 2008: 181). Ketika
seseorang merasa informasi yang telah diterimanya tersebut merupakan pengalaman
yang menyenangkan ataupun yang bersifat traumatik karena mudah diingat
dibandingkan pengalaman yang lain, maka informasi yang tersimpan di dalam STM
akan di rehearsed (diulang-ulang) untuk kemudian di simpan kedalam long term
memory (LTM). LTM juga berfungsi sebagai kemampuan manusia untuk memahami masa
lalu dan menggunakanan informasi tersebut untuk mengolah “masa kini” atau
menghubungkan pengalaman dimasa lalu dengan pengalaman sekarang. Teknik mnemonic
ialah suatu teknik yang meningkatkan penyimpanan dan pengambilan kembali
informasi dalam memori (Solso, 2008: 226). Dari proses inilah manusia dapat
membayangkan atau menggambarkan ulang kembali dan menampilkan kembali suatu
informasi maupun kejadian di masa lalu dalam ingatan memori serta
menghubungkannya dengan kejadian di masa sekarang ataupun masa depan. Hal ini
sesuai dengan pengertian dari mental imagery itu sendiri, yaitu suatu
representasi mental mengenai objek atau peristiwa yang tidak eksis pada saat
terjadinya proses
pembayangan
(Solso, 2008: 297).
Sumber :
eJournal
Psikologi, Volume 1, Nomor 1, 2013: 23-37
catatan kuliah kognitif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar