Pengertian kecemburuan (jealousy)
secara harfiah berasal dari bahasa Yunani yaitu zelos yang menunjukkan kepada
suatu usaha untuk menyamai atau melebihi, menujukkan semangat serta intensitas
dari perasaan (Pines, 1998). Knox (dalam Caroll, 2005) mendefinisikan
kecemburuan (jealousy) sebagai suatu reaksi emosional terhadap suatu
hubungan yang dirasakan terancam hilang. Salovey (1991) kemudian menambahkan
bahwa kecemburuan merupakan suatu pengalaman emosi ketika seseorang merasa
terancam hilangnya suatu hubungan yang penting atau bermakna dengan orang lain
(pasangannya) terhadap ”rival” atau saingannya.
Psikolog Gordon Clanton (dalam Buss,
2000) memberikan pengertian kecemburuan sebagai suatu perasaan yang tidak
menyenangkan, yang mengekspresikan ketakutan akan kehilangan pasangan atau
ketidaknyamanan atas suatu pengalaman nyata ataupun pengalaman imaginasi
terhadap pasangannya yang membentuk hubungan dengan pihak atau orang ketiga.
Martin Daly dan Margo Wilson (dalam Buss 2000) mendefinisikan kecemburuan
sebagai suatu keadaan (state) yang terbangkitkan oleh suatu ancaman yang
dirasakan terhadap suatu hubungan, yang kemudian memotivasi munculnya perilaku
yang bertujuan untuk membalas kecemburuan tersebut.
Pengertian kecemburuan dari Gordon
Clanton di atas, memberikan dua inti dari kecemburuan yaitu ancaman dari
hilangnya pasangan dan hadirnya pihak ketiga. Sedangkan pengertian kecemburuan
yang dikemukakan oleh Martin Daily dan Margo Wilson, menambahkan ada tiga faset
dari kecemburuan. Pertama, kecemburuan merupakan suatu keadaan, yang berarti
bersifat sementara atau episodik, bukan merupakan suatu penderitaan yang
permanen. Kedua, kecemburuan merupakan suatu respon terhadap suatu ancaman
kepada hubungan yang berarti. Ketiga, kecemburuan memotivasi perilaku tertentu
dalam mengahdapi ancaman, misalnya memberikan ancaman seksual atau ancaman
financial.
Dari definisi diatas, kecemburuan
bukanlah suatu konsep yang sederhana dan bukanlah suatu emosi tunggal, tetapi
merupakan kombinasi dari emosi- emosi negatif (Bringle & Bunk 1985). Namun
tiga hal yang paling tepat dalam mendefiniskan kecemburuan adalah hurt, anger,
dan fear. Hurt terjadi karena adanya persepsi bahwa pasangan tidak menghargai
komitmen yang telah disepakati bersama dalam menjalin hubungan, sedangkan fear
dan anxiety dihasilkan dari kemungkinan yang mengerikan akan ditingalkan dan
kehilangan pasangan. (Guerrero & Andersen, 1998 dalam Brehm, 2002).
Tipe-tipe kecemburuan
Miller et al., (2007) menggolongkan
kecemburuan menjadi dua tipe. Tipe yang pertama adalah reactive jealousy
terjadi ketika seseorang menjadi sadar terhadap tekanan yang actual pada suatu
hubungan yang bernilai (Bringle & Buunk, 1991; Parrott, 1991 dalam Miller
et al., 2007). Stimulus yang menekan tersebut tidak harus terjadi pada saat
ini, bisa saja merupakan antisipasi untuk masa yang akan datang. Tipe yang
kedua adalah suspicious jealousy terjadi ketika salah satu dari pasangan tidak
berbuat kesalahan dan salah seorang lainnya merasa curiga namun tidak memiliki
bukti. Suspicious jealousy menyebabkan rasa khwatir, tidak percaya, waspada dan
tingkah laku memata-matai pasangan untuk menguatkan hal-hal yang ia curigai.
Proses kecemburuan
Kecemburuan yang dialami seseorang
mengalami tahapan-tahapan, terdapat lima tahapan kecemburuan antara lain:
1. Tahap awal
(primary appraisal) pada tahap ini seseorang merasa adanya ancaman pada
hubungan percintaannya, tahap ini menunjukan ambang kecemburuan seseorang.
Setiap orang memiliki ambang kecemburuan yang berbeda-beda. Dalam tahap ini
pandangan seseorang tentang hubungan percintaan dan ancaman yang ada saling
mempengaruhi. Orang yang memandang hubungan secure, membutuhkan ancaman yang
sangat kuat untuk membuatnya cemburu. Namun bagi orang yang merasa insecure
pada suatu hubungan , kecemburuan bisa saja muncul meskipun ancamannya sangat
lemah.
2. Tahap
kedua (secondary appraisal) pada tahap ini individu berusaha untuk memahami
situasi dengan lebih baik dan berpikir mengenai cara mengatasi cemburunya.
Namun sering kali pada tahap ini seseorang mengambil kesimpulan yang ekstrem
dan berdasarkan kemungkinan yang buruk.
3. Tahap
ketiga pada tahap ini melibatkan reaksi emosional dengan tidak menyadari bahwa
yang mereka pikirkan adalah hal yang tidak rasioanl. Jenis-jenis emosi yang
dirasakan saat seseorang sedang mengalami kecemburuan antara lain marah,
terhadap pasangan atau oarang ketiga, cemas akan kehilangan hubungan
percintaannya, depresi dan sedih.
4. Tahap
keempat adalah coping. Menurut Bryson (dalam Bhem, 1992) perilaku coping terhadap
kecemburuan dibagi kedalam dua orientasi tujuan. Pertama adalah usa3ha untuk
mempertahankan hubungan. Usaha itu dapat menghasilkan perilaku baik konstruktif
maupun destruktif. Contoh usaha kontruktif adalah membicarakan masalah itu dan
bersa3ma-sama mencari jalan keluarnya. Usaha destruktif adalah menghindari
konflik seolah-olah tidak ada masalah sama sekali. Kedua usaha untuk
mempertahankan self-esteem yaitu bersifat kontruktif dan destruktif. Contoh
usaha konstruktif adalah memutuskan hubungan percintaan dengan dengan
baik-baik. Contoh usaha destruktif adalah menyerang pasanagan baik secara
verbal maupun nonverbal.
5. Tahap
kelima adalah hasil dari prilaku coping yang bersifat konstruktif terhadapa
kecemburuan yang akan mengrangi rasa sakit yang ditimbulkan oleh rasa cemburu dan
berguna untuk mempernaiki kualitas hubungan.
Daftar pustaka
Aditya, P. & Sarwono, S.W. (2009). Kecemburuan pada Kaum
Homoseksual Pria (Gay) di Jakarta. Jurnal Maind Set, 1, 55-62.
www.psychologymania.com
selamat pagi ka boleh minta jurnalnya ka? bisa kirim via email? makasih ka
BalasHapus