Kamis, 09 Mei 2013

Problem solving, Belajar dan Berpiki



“Sehebat apapun otak kita, sekali waktu bisa saja memudar. kita harus menyadari hal ini dan berusaha memperbaikinya” Sherlock Holmes

Masalah merupakan bagian dari kehidupan manusia. Hampir setiap hari manusia dihadapkan kepada persoalan-persoalan yang harus dicari jalan keluarnya. Masalah sering kali disebut orang sebagai kesulitan, hambatan, gangguan, ketidak puasan atau kesenjangan. Anderson (dalam suharnan 2005) mengemukakan bahwa secara umum dan hampir semua ahli psikologi kognitif sepakat bahwa masalah adalah suatu kesenjangan antara situasi sekarang dengan situasi yang akan datang atau tujuan yang di inginkan. Masalah dapat digolongkan menjadi berbagai jenis, tergantung dipandang dari sudut mana. Sebagian ahli membedakan masalah menurut pengetahuan seseorang, sehingga dapat digolongkan menjadi masalah yang jelas dan tidak jelas. Sebagian ahli lain membedakan masalah menurut proses-proses kognitif yang terlihat dalam pemecahan masalah.
Kemampuan untuk memecahkan masalah adalah suatu keterampilan yang dibutuhkan hampir semua orang dalam setiap aspek kehidupannya. Tidak ada seseorang tidak mempunyai masalah dalam kehidupannya sehari-sehari, sebagai contoh pekerjaan seorang manager, secara khusus merupakan pekerjaan yang mengandung unsur pemecahan masalah didalamnya. Bila tidak ada masalah di dalamnya organisasinnya maka tidak akan muncul kebutuhan untuk mempekerjakan para manager.
Masalah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan kita. Baik kehidupan sosial, politik, ekonomi maupun kehidupan profesional kita. Untuk itulah penguasaan atas metode pemecahan masalah menjadi sangat penting, tujuannya agar kita terhindar dari tindakan jump to conclusion yaitu proses penarikan kesimpulan terhadap suatu masalah tanpa melalui proses analisa masalah secara benar dan didukung oleh bukti-bukti atau informasi yang akurat.
Berpikir dan Belajar
Belajar adalah suatu proses di mana suatu prilaku ditimbulkan, diubah atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atau situasi (atau rangsangan) yang terjadi. Proses belajar tidak hanya meliputi perilaku motorik (naik sepeda, berenang), tetapi juga berpikir dan emosi.
Sesuai hukum Gestalt bahwa manusia berpikir secara menyeluruh, maka proses belajar terutama yang melibatkan proses berpikir, harus dimulai dengan mempelajari materi secara keseluruhan, baru ke detail atau bagian-bagiannya (menghafal kalimat-kalimat, rumus-rumus). Tetapi dalam belajar yang melibatkan aktivitas motorik (naik sepeda, berenang), justru harus dimulai dengan detail dulu, selanjutnya digabungkan menjadi keterampilan yang menyeluruh.
Proses berpikir digolongkan menjadi dua jenis, yaitu berpikir asosiatif  dan berpikir terarah.
1.       Berpikir Asosiatif yaitu proses berpikir di mana suatu ide merangsang timbulnya ide-ide lain. Jalan pikiran dalam proses berpikir asosiatif tidak ditentukan atau diarahkan sebelumnya. Jadi ide-ide itu timbul atau terasosiasi (terkaitan) dengan ide sebelumnya secara spontan. Jenis berpikir ini disebut juga jenis berpikir divergen (menyebar) atau kreatif, umumnya pada para pencipta, penemu, penggagas dan sebagainnya dalam bidang ilmu, seni dan sebagainya.
2.       Berpikir Terarah yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumnya dan diarahkan pada sesuatu, biasanya diarahkan pada pemecahan masalah atau persolan. Jenis berpikir seperti ini disebut juga jenis berpikir konvergen (memusat).
Proses berpikir selalu menggunakan simbol, yaitu sesuatu yang dapat mewakili segala hal di lingkungan luar, maupun yang ada pada diri kita sendiri, dalam alam pikiran kita. Bisa berupa kata-kata, angka-angka, simol matematika dan lain-lain.
Stategi Berpikir
Berpikir terarah diperlukan dalam memecahkan persoalan-persoalan untuk dapat mengarahkan jalan pikiran pada pemecahan persoalan, maka terlebih dahulu diperlukan penyusunan strategi. Ada dua macam strategi umum untuk memcahkan persoalan, yaitu:
1.       Strategi menyeluruh: disini persoalan dipandang sebagai suatu keseluruhan dan dicoba dipecahkan dalam rangka keseluruha itu.
2.       Strategi detailistis : disini persoalan dibagi-bagi dalam bagian-bagian dan dicoba dipecahkan begian demi bagian.
Kesulitan dalam memecahkan persoalan dapat ditimbulkan oleh set dan sempitnya pandangan.
So, kita tidak akan pernah bisa menyelesaikan suatu permasalahan baik permaslahan yang kecil ataupun yang besar tanpa mempunyai suatu kemampuan analisis yang baik. Sudah tentu sebuah analisis itu harus didukung dengan suatu metode atau stategi berpikir dan berpikir itu sendiri meruapakan suatu hasil dari proses pembelajaran.
Sumber :
Sarwono, Sarlito W. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali pers
http://anaktebidah.blogspot.com 
http://informasi-training.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar