“Sehebat apapun otak kita,
sekali waktu bisa saja memudar. kita harus menyadari hal ini dan berusaha
memperbaikinya” Sherlock Holmes
Masalah merupakan bagian dari
kehidupan manusia. Hampir setiap hari manusia dihadapkan kepada
persoalan-persoalan yang harus dicari jalan keluarnya. Masalah sering kali
disebut orang sebagai kesulitan, hambatan, gangguan, ketidak puasan atau
kesenjangan. Anderson (dalam suharnan 2005) mengemukakan bahwa secara umum dan hampir
semua ahli psikologi kognitif sepakat bahwa masalah adalah suatu kesenjangan
antara situasi sekarang dengan situasi yang akan datang atau tujuan yang di inginkan.
Masalah dapat digolongkan menjadi berbagai jenis, tergantung dipandang dari
sudut mana. Sebagian ahli membedakan masalah menurut pengetahuan seseorang,
sehingga dapat digolongkan menjadi masalah yang jelas dan tidak jelas. Sebagian
ahli lain membedakan masalah menurut proses-proses kognitif yang terlihat dalam
pemecahan masalah.
Kemampuan untuk memecahkan
masalah adalah suatu keterampilan yang dibutuhkan hampir semua orang dalam
setiap aspek kehidupannya. Tidak ada seseorang tidak mempunyai masalah dalam
kehidupannya sehari-sehari, sebagai contoh pekerjaan seorang manager, secara
khusus merupakan pekerjaan yang mengandung unsur pemecahan masalah didalamnya.
Bila tidak ada masalah di dalamnya organisasinnya maka tidak akan muncul
kebutuhan untuk mempekerjakan para manager.
Masalah merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dalam kehidupan kita. Baik kehidupan sosial, politik, ekonomi
maupun kehidupan profesional kita. Untuk itulah penguasaan atas metode
pemecahan masalah menjadi sangat penting, tujuannya agar kita terhindar dari
tindakan jump to conclusion yaitu proses penarikan kesimpulan terhadap suatu
masalah tanpa melalui proses analisa masalah secara benar dan didukung oleh
bukti-bukti atau informasi yang akurat.
Berpikir dan Belajar
Belajar adalah suatu proses di
mana suatu prilaku ditimbulkan, diubah atau diperbaiki melalui serentetan
reaksi atau situasi (atau rangsangan) yang terjadi. Proses belajar tidak hanya
meliputi perilaku motorik (naik sepeda, berenang), tetapi juga berpikir dan
emosi.
Sesuai hukum Gestalt bahwa
manusia berpikir secara menyeluruh, maka proses belajar terutama yang
melibatkan proses berpikir, harus dimulai dengan mempelajari materi secara
keseluruhan, baru ke detail atau bagian-bagiannya (menghafal kalimat-kalimat,
rumus-rumus). Tetapi dalam belajar yang melibatkan aktivitas motorik (naik
sepeda, berenang), justru harus dimulai dengan detail dulu, selanjutnya
digabungkan menjadi keterampilan yang menyeluruh.
Proses berpikir digolongkan
menjadi dua jenis, yaitu berpikir asosiatif
dan berpikir terarah.
1. Berpikir
Asosiatif yaitu proses berpikir di mana suatu ide merangsang timbulnya ide-ide
lain. Jalan pikiran dalam proses berpikir asosiatif tidak ditentukan atau
diarahkan sebelumnya. Jadi ide-ide itu timbul atau terasosiasi (terkaitan)
dengan ide sebelumnya secara spontan. Jenis berpikir ini disebut juga jenis
berpikir divergen (menyebar) atau kreatif, umumnya pada para pencipta, penemu,
penggagas dan sebagainnya dalam bidang ilmu, seni dan sebagainya.
2. Berpikir
Terarah yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumnya dan diarahkan
pada sesuatu, biasanya diarahkan pada pemecahan masalah atau persolan. Jenis berpikir
seperti ini disebut juga jenis berpikir konvergen (memusat).
Proses berpikir selalu
menggunakan simbol, yaitu sesuatu yang dapat mewakili segala hal di lingkungan
luar, maupun yang ada pada diri kita sendiri, dalam alam pikiran kita. Bisa berupa
kata-kata, angka-angka, simol matematika dan lain-lain.
Stategi Berpikir
Berpikir terarah diperlukan dalam
memecahkan persoalan-persoalan untuk dapat mengarahkan jalan pikiran pada
pemecahan persoalan, maka terlebih dahulu diperlukan penyusunan strategi. Ada dua
macam strategi umum untuk memcahkan persoalan, yaitu:
1. Strategi
menyeluruh: disini persoalan dipandang sebagai suatu keseluruhan dan dicoba
dipecahkan dalam rangka keseluruha itu.
2. Strategi
detailistis : disini persoalan dibagi-bagi dalam bagian-bagian dan dicoba
dipecahkan begian demi bagian.
Kesulitan dalam memecahkan persoalan
dapat ditimbulkan oleh set dan sempitnya pandangan.
So, kita tidak akan pernah bisa
menyelesaikan suatu permasalahan baik permaslahan yang kecil ataupun yang besar
tanpa mempunyai suatu kemampuan analisis yang baik. Sudah tentu sebuah analisis
itu harus didukung dengan suatu metode atau stategi berpikir dan berpikir itu
sendiri meruapakan suatu hasil dari proses pembelajaran.
Sumber :
Sarwono, Sarlito W. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali pers
http://anaktebidah.blogspot.com
http://informasi-training.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar