Pengertian
kepribadian
Menurut Allport kepribadian adalah
organisasi dinamis dalam diri individu yang terdiri dari sistem-sistem
psiko-fisik yang menentukan cara penyesuaian diri yang unik (khusus) dari
individu tersebut terhadap lingkungannya.
Dengan demikian, berdasarkan definisi di atas,
kepribadian memiliki beberapa unsur, yakni:
·
Kepribadian merupakan organisasi
yang dinamis. Dengan kata lain tidak statis, tetapi senantiasa berubah setiap
saat.
·
Organisasi tersebut terdapat dalam
diri individu. Jadi, tidak meliputi hal-hal yang berada diluar didri individu.
·
Organisasi itu berdiri diatas sistem
psikis, yang menurut Allport meliputi: sifat, bakat, serta sistem fisik
(anggota dan organ-organ tubuh) yang saling terkait.
·
Organisasi itu mementukan corak
penyesuaian diri yang unik dari tiap individu terhadap
lingkungannya.
Beberapa macam cara untuk mengukur atau menyelidiki
kepribadian. Berikut ini adalah beberapa diantaranya :
1) Observasi
Direk adalah salah satu metode untuk mengukur kepribadian. Observasi direk
diadakan dalam situasi yang dikontrol, dapat diulang. Ada
tiga tipe metode dalam observasi direk yaitu:
a. Time Sampling Methode.
b. Incident Sampling Methode Dalam
incident sampling method, sampling dipilih dari berbagai tingkah laku dalam
berbagai situasi. Laporan observasinya mungkin berupa catatan-catatan dari Ibu
tentang anaknya, khusus pada waktu menangis, pada waktu mogok makan, dan
sebagainya. Dalam pencatatan tersebut hal-hal yang menjadi perhatian adalah
tentang intensitasnya, lamanya, juga tentang efek-efek berikut setelah respons.
c. Metode Buku Harian Terkontrol Metode
ini dilakukan dengan cara mencatat dalam buku harian tentang tingkah laku yang
khusus hendak diselidiki oleh yang bersangkutan sendiri. Misalnya mengadakan
observasi sendiri pada waktu sedang marah. Syarat penggunaan metode ini, antara
lain, bahwa peneliti adalah orang dewasa yang cukup inteligen dan lebih jauh
lagi adalah benar-benar ada pengabdian pada perkembangan ilmu pengetahuan.
2) Wawancara (Interview)
Menilai kepribadian dengan wawancara berarti
mengadakan tatap muka dan berbicara dari hati ke hati orang lain dengan orang
yang dinilai. Dalam psikologi kepribadian, orang mulai
mengembangkan dua jenis wawancara, yakni:
a. Stress interview Stress interview
digunakan untuk mengetahui sejauh mana seseorang dapat bertahan terhadap
hal-hal yang dapat mengganggu emosinya dan juga untuk mengetahui seberapa lama
seseorang dapat kembali menyeimbangkan emosinya setelah tekanan-tekanan
ditiadakan. Interviewer ditugaskan untuk mengerjakan sesuatu yang mudah,
kemudian dilanjutkan dengan sesuatu yang lebih sulit secara bertahap.
b. Exhaustive Interview Exhaustive
Interview merupakan cara interview yang berlangsung sangat lama; diselenggarakn
non-stop. Cara ini biasa digunakan untuk meneliti para tersangka dibidang
kriminal dan sebagai pemeriksaan taraf ketiga.
Macam-Macam Tes Kepribadian Tes
kepribadian dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu Tes proyeksi dan Tes
Invantori.
Tes Proyeksi
Tes proyeksi
digunakan untuk pengungkapan aspek psikologis seseorang dengan menggunakan alat
proyeksi. Tes ini berdasar pada eksternalisasi aspek-aspek psikis terutama
aspek-aspek ketidaksadaran ke dalam suatu stimulasi/rangsang yang kurang atau
tidak berstruktur yang sifatnya ambigu agar dapat memancing berbagai alternatif
jawaban tanpa dibatasi oleh apapun. Pelopor tes proyeksi adalah Freud (1984)
dengan teori psikodinamikanya, dan kemudian dikembangkan oleh Herman Rorschach
(1921) dengan tes Rorschach dan Murray (1935) dengan tes TAT (Thematic
Apperception Test) untuk mengungkap aspek-aspek kepribadian manusia.
Tes proyeksi
memberikan stimuli yang artinya tidak segera jelas; yaitu beberapa hal yang
berarti dia mendorong klien untuk memproyeksikan kebutuhannya sendiri kedalam
situasi tes. Tes proyeksi sendiri adalah tes yang tidak mempunyai jawaban benar
atau salah, klien yang diuji harus memberikan arti terhadap stimulus sesuai
dengan kebutuhan dalamnya, kemampuan dan pertahanannya diri.
Oleh karena
tes proyektif menuntut kesimpulan yang luas atau kualitatif (tend to subjective).
Kecenderungan untuk subjektif ini dapat diatasi dengan pengetahuan, pengalaman
yang besar terhadap tes. Validitas dan reliabilitas tes rendah, karena dalam
memberikan kesimpulan sangat luas.
CIRI-CIRI TES PROYEKSI
- Adanya
Stimulus yang tidak terstruktur ; memungkinkan subyek mempunyai
alternative pilihan jawaban yang banyak.
- Subjek
yang mengerjakan tes tidak begitu sadar akan tujuan stimulus yang
diberikan serta apa implikasinya.
- Tugas
pemeriksa adalah melakukan analisi dan interpretasi holistic-geografis.
- Adanya
Stimulus yang ambigu; memungkinkan subyek merespon stimulus tersebut
sesuai interpretasinya masing-masing.Stimulusnya kurang mempunyai
obyektifitas relative ; memunculkan individu diferensis dari masing-masing
subyek
- Global Approach
; menurut kesimpulan yang luas.
Macam-macam tes proyeksi dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
- Associative Techniques. Subjek menjawab stimulus dengan perkataan,
image, atau ide-ide yang pertama kali muncul. Ex : Rorschach Inkblots,
Word Association
- Construction Procedures. Subjek mengkonstruk atau membuat suatu produk
(cerita). Dan dari cerita itulah keadaan psikologis klien diungkap. Ex :
TAT, MAPS (Make a picture story)
- Completion Tasks. Melengkapi kalimat atau cerita yang sudah ada
disedikana sebelumnya. Ex : SSCT, Rosenzweig Picture-Frustation Study
- Choice Or Ordering Devices. Mengatur kembali gambar, mencatat referensi
atau semacamnya. Ex : Szondi Test, Tomkins-Horn Picture Arrangement Test
- Expressive Methods. Gambar, cara / metode dalam menyelesaikan
sesuatu dievaluasi. Ex : BAUM, HTP, DAP
f. test wartegg
FUNGSI TES PROYEKSI
Tes proyeksi berfungsi untuk mengungkap keadaan psikologi bawah sadar seseorang
yang selama ini di repres kealam bawah sadar. Melalui tes proyeksi ini
diharapkan dinamika psikologis itu dapat dikeluarkan melalui alat bantu tes-tes
proyeksi.
KELEBIHAN
DAN KEKURANGAN TES PROYEKSI
kelebihan
- Dapat mengungkap hal-hal di bawah sadar untuk
keperluan klinis
- Dapat menurunkan ketegangan
- Bersifat ekonomis
- Rapport dan keleluasaan
penggunaan
Dapat berfungsi sebagai ice breaker karena
tugas-tugasnya menarik dan tidak membosankan bahkan seringkali menghibur ;
teknik proyektif non verbal bisa di gunakan untuk anak-anak, individu buta
huruf dan individu dengan gangguan bicara.
- Faking. Umumnya bisa menghindarkan kecenderungan
faking karena tujuan tes seringkali kabur dan sulit di tebak.
- Variable tester dan situasi. Teknik proyektif
lemah dalam standarisasi, administrasi maupun skoringnya, sehingga
variable tester dan situasi tes menjadi sangat penting.
- Norma. Tidak ada norma standart sehingga
seringkali tester menggunakan pengalaman subyektifnya dalam
menginterpretasikan sehingga menjadi bias.
- Reliabilitas. Teknik proyektif mempunyai prosedur
scoring yang kurang terstandarisasi sehingga reliabilitas skorer/penilai
menjadi sangat penting dengan cara membandingkan konsistensi respon dari
subyek.
- Validitas. Teknik proyektif lemah dalam hal
validitas tapi dapat di atasi dengan
mengguanakan alat ukur lain yang mengungkapkan hal yang sama.
Kekurangan
- Validitas dan reliabilitasnya rendah
- Tester harus memiliki keterampilan yang khusus
untuk dapat menggunakan tes ini dalam kaitannya dengan ketepatan melakukan
diagnose
- interpretasinya bisa subyektif
- butuh license
untuk menginterpretasinya (psikolog)
- interpretasinya
susah, administrasinya juga lumayan karena harus observasi dan denger
klien juga.
- Ujiian ini hanya
diadministrasi oleh seorang psikolog yang berpengalaman dalam menggunakan
alat itu dan ahli dalam menafsirkannya
- dari ujian ini
pada objek yang sama dapat disimpulkan berbeda oleh pengamat yang berbeda
-
TES INVENTORI KEPRIBADIAN
Tes inventori merupakan test report
untuk menentukan karakteristik kepribadian, minat (interested), sikap
(attitude) dan nilai-nilai (value). Tes inventori berguna untuk mengetahui
karakteristik kepribadian seperti minat, penyesuaian diri, motivasi, dan
prasangka.
Masalah dalam tes inventori kepribadian:
Tes inventori kepribadian tidak bersifat culture free. Oleh karena itu aspek
budaya harus di pertimbangkan. Bila tes inventori kepribadian terlalu sensitif
terhadapa perubahan, maka sulit mmeperoleh reliabilitas yang tinggi.
Kelemahan tes: itemnya ambigu dan
perintah tidak jelas. Subjek ingin menunjukan kesan tertentu pada penguji.
Terdapat penafsiran yang berbeda-beda. Faking atau tidak jujur. Item yang
dibuat lebih mengarah ke jawaban-jawaban tertentu.
Ada tiga Macam Tes Inventori
1.
Tes inventori
Kepribadian
· MMPI,
(Minnesota Personality Inventory) Terdiri dari 550 pernyataan positif yang diberikan jawaban
beenaratau salah dan tidak dapat mengatakan, item MMPI menggali areayang sangat
luas seperti: kesehatan, symptom psikosomatis, gangguan neurologis, gangguan
motoric, seksual, religious, sikap social, pendidikan, pekerjaan, keluarga,
perkawinan, manifes perilaku neurotic atu psikotik (missal obsesi kompulsif,
delusi, halusinasi, referensi ide,fobia, sadis-masokis).
· PIC (Personality Inventory For
Children) Dirancang untuk anak-anak dan remaja
usia 6 – 16 tahun. Dapat juga digunakan untuk usia 3 – 5 tahun. Terdiri dari 600 item, benar- salah. Yang menjawab adalah orang dewasa
yang mengetahui banyak tentang anak atau remaja tersebut, terutama ibunya.
· MCMI (Millon Clinical
Multiaxial Inventory). Terdiri dari 175 pertanyaan
self-descriptive yang diringkas untuk dijawab benar-salah oleh testee. Dirancang untun pasien klinis
berusia diatas 17 tahun. Meliputi 29 skala klinis, setiap
skala didasarkan pada 16-47 item yang overlap.
· 16
PF (Sixeen Personality Factor Questionnaire) Dibuat untuk usia 16 tahun keatas.Mengungkap 16 trait. Mmiliki kunci untuk verifikasi
jawaban yang diebut Motivational Distortione.
· EPPS
(Edwards Personal Preference Schedule).
Terdiri dari 225 pasang pertanyaan. Testee memilih salah satu dari
pasangan item yang ada. Menggunakan skor ipsaptif, dimana kekuatan need tidak
dinyatakan secara absolut tetapi dihubungkan dengan need yang lain.
· PRF
(PERSONALITY RESEARCH FROM),
· TAT (Thematic Apperception Test)
2.
Tes Inventori Minat
· SCII
(Strong-Cambell Interest Inventory),
· JVIS
(Jackson Vocational Interest Survey)
· KPR-V
(Kuder Preference Record- Vocational)
· CAI
(Career Assessment Inventory)
· RMIB
(The Rothwell-Miller Interest Blank)
3.
Tes inventori Nilai
· Study
Of Value
· WVI
(Work Value Inventory)
EPPS (Edward Personal Preference Schedule)
a. Didesain terutama untuk
instrument dalam penelitian dan konseling, untuk mengukur secara tepat dan
tepat sejumlah variable normal yang independen.
b. Disusun oleh Edward berdasarkan
teori dari H.A.Murray tentang need.
c. H.A Murray = 20 need diambil 15
eed oleh Edward.
d. Lima (5) yang tidak digunakan:
counter action, defendance, rejection, play, understanding.
e. Need yang diungkap dalam EPPS
merupakan gejala kontinum dan tertuang dalam bentuk Forced Choice
f. Mengukur kebutuhan bukan
kemampuan.
EPPS termasuk tes kepribadian yang
bersifat objektif. Ciri-cirinya:
a) Tidak ada batas waktu untuk
mengerjakan.
b) Ekspresi jawaban dibatasi oleh
alternative yang tersedia.
c) Respon merupakan gambaran dari
kondisi internal subjek.
d) Norma memberikan gambaran
mengenai kondisi subjek.
e) Korelasi antara jawaban dengan
kondisi sebenarnya 0,871
Hal yang harus dihindari:
Adanya social desirability yaitu:
sesuatu yang diinginkan oleh lingkungan social.
Diantisipasi dengan cara
menyajikan dua pernyataan yang mengungkap trait kepribadian yang berbeda pada
tiap item.
Lima belas (15) Need dalam EPPS:
1. Achievement : Berpartisipasi
2. Deference : Menyesuaikan diri
dengan aturan
3. Order : Keteraturan dalam
menunaikan tugas, hak dan kewajiban
4. Exhibition : Menunjukkan diri
5. Autonomy : Mandiri
6. Affiliation : Berempati
7. Interception : Berempati
8. Succorance : Hubungan social yang
diwarnai ketergantungan
9. Dominance : Memimpin
10. Abasement : Merendahkan diri,
kompromi, toleransi, menyesuaikan diri
11. Nurturance : Memberi perhatian
yang diwarnai rasa sayang
12. Cange : Perubahan
13. Endurance : Keuletan, ketekunan
14. Heterosexual : Perhatian kepada
lawan jenis.
15. Aggression : Bertentangan dengan
orang lain
TES EPPS
o
EPPS adalah salah satu tes kepribadian yang bersifat
tes verbal
o
Bentuk tes: Forced Choice Technique
o
Subjek memilih alternatif A atau B yang sesuai dengan
pilihannya
o
Penggunaan EPPS; educative guidance, vocational
guidance, personal problem. Biasanya disertai wawancara
o
Data digunakan untuk membicarakan kekuatan relatif
variabel dalam diri klien
o
Ada kemungkinan terjadi kewaspadaan subjek sehingga
bisa “berbohong”
o
Korelasi antara apa yang dicerminkan keluar dengan
keadaan dalam individu sebesar 0,871
o
Terdiri dari 225 aitem
o Inventori kepribadian yang biasa
digunakan penuh dengan muatan social diserability
o Menggunakan teori need Murray dari
20 need, Edward hanya menggunakan 15 need.
Instruksi
a) Subjek memilih satu dari dua
pernyataan yang telah disediakan (A dan B) manakah yang lebih menggambarkan
diri subjek
b) Apabila dua pernyataan tersebut
sama-sama tidak disukai atau sama-sama disukai, subjek tetap harus memilih mana
yang lebih khas menggambarkan diri subjek
c) Pilihan harus berdasarkan
perasaan subjek tidak didasarkan apa yang dianggap wajar
d) Tidak ada jawaban benar dan salah
e) Jangan ada aitem yang terlewati
Skoring
a. Periksa jangan ada aitem yang
telewat
b. Buatlah garis merah melalui
No. 1, 7, 13, 19, 25
No. 101, 107, 113, 119, 125
No. 201, 207, 213, 219, 225
c. Buatlah garis biru melalui
No. 26, 32, 38, 44, 50
No. 51, 57, 63, 69, 75
No. 151, 157, 163, 169, 175
d. Disebelah kanan ada kolom
bertuliskan
- n
(need)
- r
(raw)
- Dihitung
menjajar (horisontal)
- Hanya
dihitung A yang dilingkari, kecuali A yang terkena garis merah
- Maksimum
14
- c
(columm)
- Dihitung
secara vertikal
- Hanya
dihitung B yang dilingkari, kecuali yang terkena garis merah
- Maksimum
14
- s
(sum)
Menghitung Konsistensi
Membandingkan jawaban A atau B
yang kena garis merah dengan yang kena garis biru
Bila sama dalam kotak di bawah
beri tanda, bila berbeda tidak diberi tanda
Jumlah berapa kotak yang terdapat
tanda
Tulis jumlah tanda pada con
(consistency)
Maksimal 15 dan Minimal 10
PENORMAAN
Ubah raw score
menjadi Percentil dengan menggunakan norma
Norma
berdasarkan jenis kelamin dan kelompok usia:
Percentiles for college student
Percentiles for general adult
group
PROFIL
Buat garis pada profil dengan
titik awal pada percentil 50
Garis dibuat sesuai dengan jumlaj
percentil yang diperoleh subjek pada masing-masing need
INTERPRETASI
o Berisi dinamika psikologis tentang
need-need yang dimiliki oleh subjek
o Cek percentil need yaitu:
Tinggi : > 75
Rata-rata : 25 – 75
Rendah : <>
NEED
1. Need of Achievement
◦ Kebutuhan untuk menyelesaikan tugas-
tugas yang sukar dan menarik (keinginan untuk berbuat sebaik mungkin untuk
menyelesaikan tugas yang sukar dan menarik)
2. Need of Deference
◦ Kebutuhan untuk menyuruh orang
lain memutuskan sesuatu pendapat bagi dirinya / kebutuhan untuk menyesuaikan
diri, mengikuti, mengikuti tata cara atau norma.
3. Need of Order
◦ Kebutuhan untuk berbuat secara
teratur dan rapi dengan suatu perencanaan sebelumnya
4. Need of Exhibition
◦ Kebutuhan untuk menjadi pusat
perhatian / menonjolkan diri
5. Need of Autonomy
◦ Kebutuhan untuk berdiri sendiri
dalam mengambil keputusan dan menghindari campur tangan orang lain
6. Need of Affiliation
◦ Kebutuhan berinteraksi dengan
orang lain, memberikan perhatian terhadap sesama.
7. Need of Intraception
◦ Kebutuhan untuk menganalisa motif
/ perasaan diri, memahami dan mengerti perasaan orang lain
8. Need of Succorance
◦ Kebutuhan untuk menerima bantuan
dari orang lain (afeksi dari orang lain)
9. Need of Dominance
◦ Kebutuhan untuk mengatasi /
mempengaruhi orang lain / memerintah/ mengatur orang lain berlaku sebagai
seorang pemimpin
10. Need of Abasement
◦ Kebutuhan untuk merendahkan diri,
adanya keberanian untuk mengakui kesalahan
11. Need of Nurturance
◦ Kebutuhan untuk merawat orang
lain, bersedia memberikan pertolongan kepada siapa yang pantas dan layak
menerimanya
12. Need of Change
◦ Kebutuhan untuk berubah /
menginginkan atau mencoba hal - hal yang baru
13. Need of Endurance
– Kebutuhan akan keuletan,
kegigihan, ketekunan dalam menyelesaikan pekerjaan / mengatasi
rintangan-rintangan yang dihadapi
14. Need of heterosexuality
– Kebutuhan untuk bergaul dengan
lawan jenis
15. Need of Aggression
–Kebutuhan untuk menyerang pendapat
orang lain yang berbeda / untuk suka mempermainkan orang lain
Masing-masing need memiliki sisi positif dan negative.
Ada korelasi positif dan negatif antar need-need dalam tes
EPPS
Achievement
+ : Kemauan dan kesanggupan untuk berprestasi
- : Ambisius yang merugikan
Deference
+ : Kemauan untuk menyesuaikan diri
- : Kecenderungan suggestible,
kurang kritis
Order
+ : Kebutuhan untuk keteraturan
- : Mengurangi kreativitas dan takut menyimpang
Exhibition
+ : Mampu menunjukkan diri, PD, optimis, extraversi
- : Mengurangi kontrol diri dan disiplin diri, memamerkan
diri
Autonomi
+ : Keinginan untuk mandiri, tidak tergantung
- : Kurang mampu adaptasi, fanatik
Afiliation
+ : Kebutuhan terhadap perhatian orang lain yg harmonis,
pengertian dan toleransi
- : Kurang tegas
Intraception
+ :Mampu menganalisa perasaan diri dan orang lain
- :Kurang dapat mengambil jarak
Succorance
+ :Kebutuhan untuk menerima bantuan dari orang lain
- :Pasif, manja
Dominace
+ :Keinginan untuk memimpin, mempengaruhi, membimbing,
mengarahkan.
- :Otoriter
Abasement
+ : Merendahkan diri untuk menyesuaikan diri, kompromi,
toleransi
- : Labilitas emosi, merasa bersalah
Nurturance
+ : Kehangatan perasaan
- : Kurang rasional
Change
+ : Fleksibel, melakukan perubahan
- : Tidak tetap pada pendirian
Endurance
+ : Keuletan, kegigihan dalam menyelesaikan pekerjaan
- : Rigid, asal tahan tidak didasari pertimbangan lain
Heterosexual
+ : Kehidupan sex sehari-hari dalam batas normal
- : Overacting dalam kehidupan sex atau justru tidak sama
sekali
Aggression
+ : Progresif, mampu mengontrol agresi, berani
- : Nekad, perbuatan destruktif dalam segala bentuk
LOVE (Kebutuhan Halus)
1. Deference
2. Order
3. Affiliation
4. Intraception
5. Succorance
6. Abasement
7. Nurturance
8. Endurance
HATE (Kebutuhan Kasar)
1. Achievement
2. Exhibition
3. Autonomy
4. Dominance
5. Change
6. Heterosexual
7. Aggression
KRITIK TERHADAP EPPS
— Skor Epsaptif
◦ Skor mutlak tapi relatif
◦ Tingginya skor dalam suatu need diikuti
dengan rendahnya skor pada need yang lain.
— Interpretasi tidak bisa
interpersonal, melainkan intrapersonal
— Ada kekacauan metodologis yaitu
norma yang dibuat dengan menggunakan skor secara absolut
— Administrasi melelahkan dan
membosankan
— Norma out of date